BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kita
sering mendengar ungkapan “no data, no History” artinya tiada data/sumber tidak
akan ada sejarah, memang begitulah yang terjadi dalam sejarah, jika seseorang
ingin mengetahui sejarah segala sesuatu maka yang diperlukan pertama kali ialah
sumber-sumber yang menerangkan peristiwa tersebut, jika tidak ada maka sejarah
tersebut tidak dapat diungkapkan. Namun apabila yang terjadi sebaliknya maka
dapatlah kita menulis sejarah, karena adanya sumber yang menceritakan mengenai
hal tersebut.
Kemudian
timbul pertayaan sumber-sumber itu apa saja, sumber-sumber tersebut bisa berupa
naskah, prasasti, arsip, dll. Sebagaimana halnya Naskah Babad Tanah Jawi,
Pararaton, Negarakertagama, Sulalatus Salatin, yang menceritakan sejarah
Indonesia dan Prasasti Ciaruteun, Kawalli, dll. Sementara itu disini kita akan
membahas sumber-sumber sejarah Islam, jika kita berbicara mengenai Sejarah
Islam, pastilah kita harus merujuk kepada sumber-sumber tertentu, seperti
Tarikh Khulafa, Bidayah Wa hinayah, The History of Arab, dll.
Kemudian
yang akan kita bahas disini tidak akan semuanya, tetapi kita akan membahas
salah satu buku rujukan untuk penulisan sejarah Islam yaitu Tarikh Ath-Athbari
(Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk), dimana disini kita akan memulai pembahasan
mengenai riwayat hidup beliau, karya-karya yang dihasilkan beliau, kemudian
masuk ke dalam isi buku yang beliau tulis, dimana kita akan membahasnya lebih
dalam, dimana isi buku ini terdiri dari sebelas jilid maka kita akan
menjelaskan per-jilid dari mulai jilid satu yang berisi Muqadimah penulis
hingga jilid sebelas yang merupakan penutup buku ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Siapakah
Imam Ath-Thabari?
2. Bagaimana
Metode Penulisan Kitab Tarikh Ath-Thabari?
3. Apa
saja karya-karya beliau?
4. Apa
saja isi dari KitabTarikh Ath-Thabari?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui Biografi Imam Ath-Thabari.
2. Untuk
mengetahui Metode Penulisan Kitab Tarikh Ath-Thabari.
3. Untuk
mengetahui karya-karya Imam Ath-Thabari.
4. Untuk
mengetahui isi dari Kitab Tarikh Ath-Thabari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Imam Ath-Thabari
Nama
asli dari Imam Ath-Thabari adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari,
beliau lahir di kota Amal, Ath-Thabaristan pada tahun 224 H dan wafat di tahun
310 H. Imam Ath-Thabari hidup pada akhir-akhir masa kekhalifahan dinasti
Abbasiyah. Pada saat umurnya tujuh tahun, beliau sudah berhasil menghapal
seluruh isi Al-Qur’an, sebagaimana Ath-Thabari bercerita tentang masa kecilnya,
“Aku telah menghapal seluruh isi Al-Qur’an ketika aku berusia tujuh tahun.
Bahkan aku telah ditugaskan sebagai imam shalat saat aku masih berusia delapan
tahun. Lalu pada usia Sembilan tahun aku sudah mulai menuliskan hadits-hadits
Rasulullah.[1]
Ath-Thabari
memulai pendidikannya pada tahun 236 H, saat usianya mencapai dua belas tahun.
Beliau memulai pendidikannya di kota kelahirannya yaitu kota Amal,
Ath-Thabaristan. Lalu beliau melanjutkan pendidikannya ke kota Rayy dengan
berguru kepada Ibnu Humaid Ar-Razi. Dalam pencarian ilmu, Ath-Thabari senang
memiliki banyak guru hingga dia juga berhasil mendapatkan begitu banyak ilmu
dari mereka. Setelah Ath-Thabari mendengar kabar tentang keilmuan dari Imam
Ahmad bin Hanbal, ia ingin sekali berguru kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Karena
Imam Ahmad tinggalnya di kota Baghdad, lalu Ath-Thabari memutuskan untuk pergi
ke kota Baghdad, namun ketika diperjalanan Ath-Thabari mendengar kabar bahwa
Imam Ahmad telah meninggal dunia. Maka Ath-Thabari pun memutuskan untuk beralih
ke kota terdekat. Barulah di tahun 241 H, akhirnya Ath-Thabari sampai di kota
Baghdad. Ath-Thabari di kota Baghdad menuliskan tentang guru-guru yang pernah
mengajarinya. Di kota itulah dia juga menuliskan buku-buku yang luar biasa,
tentang tafsir dan kemudian tentang tarikh.[2]
Al-Khatib
Al-Baghdadi pernah mengatakan bahwa Ath-Thabari memutuskan untuk menjadi warga
kota Baghdad, dia tinggal di kota tersebut hingga ajal menjemputnya. Dia adalah
salah seorang imam dan ulama terbesar yang pernah dimiliki oleh umat Islam.[3]
1. Testimoni
Para Ulama Untuk Ath-Thabari
Dalam
menjalani kehidupannya, Ath-Thabari banyak sekali mendapat testimoni dan
sanjungan dari para ulama, seperti dari Al-Khatib Al-Baghdadi. Al-Khatib
Al-Baghdadi mengatakan bahwa, Ath-Thabari adalah sorang ulama yang sangat cerdas,
dia mampu menghafal Al-Qur’an sejak kecil, Bisa berbagai macam qira’ah,
dia juga mapu memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dia juga pandai
dalam ilmu hadits dan menguasai sekali apa saja pendapat dan perkataan dari
para shahabat dan tabi’in (atsar).[4]
Kemudian
Al-Khatib melanjutkan: Ath-Thabari juga menguasai kisah dan sejarah orang-orang
terdahulu. Dia menulis sejumlah buku, di antaranya: buku tentang kisah
raja-raja dan bangsa-bangsa terdahulu, buku tentang tafsir Al-Qur’an yang belum
pernah ditulis seperti itu sebelumnya, juga buku yang berjudul Tahdzib
Al-Atsar, buku yang isinya tidak pernah aku ketahui sebelumnya, hanya
sayangnya dia tidak sempat menyelesaikan buku tersebut hingga akhir. Lalu dia
juga memiliki buku tentang ilmu ushul fiqih dan cabang-cabangnya, serta banyak
lagi buku-buku yang lainnya.[5]
Sebuah
riwayat dari Al-Khatib menyebutkan, dari Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub, dari
Muhammad bin Abdullah An-Naisaburi, dari Abu Bakar bin Balawaeh, dia berkata:
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq (alias Ibnu Khuzaimah) pernah bertanya kepadaku,
“Aku dengar kamu belajar tentang ilmu tafsir dari Muhammad bin Jarir dan
menuliskannya?” aku jawab, “Benar sekali, aku menuliskan buku itu saat diejakan
olehnya secara langsung.” Dia bertanya lagi, “Apakah kamu menuliskan semua apa
yang dia sampaikan?” aku jawab, “Tentu saja.” Dia bertanya lagi, “Pada tahun
berapakah kamu menuliskannya?” aku jawab, “Pada tahun dua ratus delapan puluh
tiga hingga dua ratus sembilan puluh.” Kemudian Abu Bakar meminjam buku itu
dariku, dan dia baru mengembalikannya setelah dua tahun lamanya. Saat itu dia
berkata, “Aku telah membaca buku ini sampai habis. Dan kesimpulanku setelah
membacanya adalah: tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang lebih pandai
dari Muhammad bin Jarir Ath-Thabari.”[6]
Al-Hafizh
Adz-Dzahabi mengatakan bahwa dia adalah seorang ulama yang tiada tara, dia juga
seorang penghapal dengan daya ingat yang tinggi, dan dia juga seorang penulis
yang telah menelurkan sejumlah buku. Pria yang berasal dari Amal, Ath-Thabaristan
ini sering melakukan perjalanan untuk menambah ilmunya.[7]
2. Guru
Ath-Thabari dalam Ilmu Tarikh
a. Ahmad
bin Hammad Ad-Daulabi
b. Ahmad
bin Zuhair bin Harb, atau lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Abi Khaitsamah
(Wafat pada tahun 279 H)
c. Bisyr
bin Muadz Al-Aqdi Al-Basri Adh-Dharir
d. Harits
bin Muhammad bin Abi Usamah At-Tamimi
e. As-Sariy
bin YAhya At-Tamimi Al-Kufi, atau lebih dikenal dengan sebutan Abu Ubaidah
f. Ubaidillah
bin Sa’ad Az-Zuhri
g. Umar
bin Syabbah An-Numairi (Penulis kitab Tarikh
Madinah)
h. Amru
bin Ali Al-Fallas Al-Bahili Al-Basri
i.
Farkhawaih Ahmad bin Tsabit Ar-Razi
j.
Muhammad bin Basysyar Al-Basri, yang
lebih dikenal dengan sebutan Bundar
k. Muhammad
bin Humaid Ar-Razi
l.
Muhammad bin Ala Al-Hamadzani Al-Kufi
Al-Hafizh, yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Kuraib
m. Muhammad
bin Al-Mutsanna bin Ubaidillah bin Qais Al-Anazi Al-Basri
n. Ya’qub
bin Ibrahim Ad-Dauraqi
o. Yunus
bin Abdil A’la Ash-Shadafi Al-Masri.[8]
3. Hari
Wafatnya Ath-Thabari
Al-Khatib
Al-Baghdadi meriwayatkan dari Isa bin Humaid bin Bisyr Al-Qadhi, dia
mengatakan: Muhammad bin Jarir Ath-Thabari meninggal dunia pada hari Sabtu
malam, lalu dimakamkan di kediamannya sendiri hari Ahad siang empat hari
menjelang akhir dari bulan Syawal tahun 310 H.
Sedangkan
Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika menuliskan biografi tentang Ath-Thabari mengatakan
bahwa dia meninggal dunia pada waktu Maghrib di hari Ahad, tepatnya dua hari
menjelang akhir dari bulan Syawal tahun 310 H.
Berkaitan
dengan hari wafatnya Ath-Thabari yaitu pada bulan Syawal tahun 310 H. Mengenai
tahun dan bulan wafatnya, para ulama tidak berbeda pendapat. Namun untuk hari
dan tanggalnya secara tepat, mereka sedikit berbeda-beda.[9]
B. Metode
Penulisan Ath-Thabari Dari Segi Positif Dan Negatifnya
1. Nilai
Positif Pada Kitab Tarikh Ath-Thabari
a. Penulisan
sejarah dalam Kitab Tarikh Ath-Thabari dilakukan dengan metode
per-tahun: Kemungkinan besar ide tersebut diturunkan dari pendahulunya,
Khalifah bin Khiyat yang notabene juga menyusun peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masa lalu dengan urutan waktunya, dari tahun ke tahun, semenjak
diutusnya Nabi SAW menjadi Rasul hingga tahun 302 H.[10]
b. Mencantumkan
nama-nama para periwayat pada setiap isnadnya: Pencamtuman ini tentu saja
sangat positif sekali, karena para peneliti atau kritikus yang terlahir jauh
setelah itu dengan mudah memeriksa semua riwayat yang dicantumkan oleh
Ath-Thabari, baik dari dalam ataupun dari luar. Dengan kata lain seperti yang
diistilahkan oleh ulama hadits dan juga digunakan oleh para ahli sejarah
kontemporer: memeriksa sanad dan matannya.[11]
c. Sumber
yang berlimpah dan referensi yang bermacam ragam bentuknya: Seseorang yang baru
mempelajari periwayatan Ath-Thabari, akan merasa sedikit bingung dengan
banyaknya jalur yang dicantumkan oleh Ath-Thabari untuk mencapai peristiwa yang
sebenarnya terjadi secara mendetil.[12]
d. Ath-Thabari
mampu menjaga netralitasnya sebagai ahli sejarah yang terpercaya, dia sama
sekali tidak terjerumus dalam suatu kecenderungan tertentu. Walaupun sebenarnya
dia bermadzhab ahlus-sunnah wal jamaah, tapi dia tidak sungkan-sungkan untuk
mengutip riwayat dari ulama Syiah, Rafidhah, Mu’tazilah, Qadariyah, ataupun
yang lainnya.[13]
e. Ath-Thabari
menutup setiap masa kekhalifahan dengan riwayat hidup para khalifah tersebut
secara singkat, di luar dari metode yang digunakannya, yakni per-tahun. Lalu
dalam riwayat hidup tersebut Ath-Thabari juga menyertakan sedikit tentang
kehidupan keluarganya, manaqibnya, dan juga sisi kekurangannya.[14]
f. Dikarenakan
Ath-Thabari menyususn buku tarikhnya dengan metode per-tahun, maka secara
otomatis para khalifah yang memerintah selama dua decade seperti Muawiyah dan
Hisyam bin Abdul Malik, akan lebih banyak dikupas perjalanan hidupnya
dibandingkan dengan khalifah yang memegang pemerintahan yang lebih singkat.
Ath-Thabari benar-benar menguraikan secara gambling tentang kedua khalifah
tersebut.[15]
g. Ath-Thabari
mampu menghimpun syair dan karya sastra lainnya dari peradaban bangsa Arab
untuk menambah dan memperkuat dalil-dalil riwayat yang dicantumkannya. Kitab Tarikh
Ath-Thabari yang intinya tentang sejarah itu sekaligus dapat dianggap
sebagai dokumen ratusan bait syair yang pernah dilantunkan oleh penyair-penyair
ternama terdahulu.[16]
h. Menceritakan
sejarah yang terkait dengan bangsa Romawi dan Persia: Ath-Thabari sejatinya
turut menjaga sejarah dari bangsa-bangsa tersebut, dan pengetahuannya mengenai
mereka bagaikan senjata terakhir yang bisa diandalkan di gudang peluru sejarah
mereka. Pasalnya, Ath-Thabari adalah seorang periwayat yang dapat dipercaya dan
selalu menjaga amanah untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya, termasuk
sejarah Romawi dan Persia.[17]
2. Nilai
Negatif Pada Kitab Tarikh Ath-Thabari
a. Ath-Thabari
jarang sekali melakukan analisa: Memang benar Ath-Thabari mencantumkan berbagai
pendapat dan riwayat yang saling memperkuat ataupun saling berbenturan dalam
satu pembahasan, agar kesemua riwayat itu dapat diperbandingkan satu dengan
yang lainnya, namun perbandingan itu harus dilakukan oleh para pembaca sendiri,
karena Ath-Thabari tidak melakukannya (jarang). Dan memang benar pula terkadang
Ath-Thabari mencantumkan keraguannya pada beberapa pembahasan, contohnya ketika
dia mengatakan, “Al-Waqidi berpikir bahwa..” Namun, Ath-Thabari tidak selalu
menilai sanad dan matan yang dia cantumkan dalam kitabnya seperti itu kecuali
hanya di beberapa tempat saja. Bisa dikatakan sangat jarang sekali dia
melakukannya. Prof. Syakir Mustafa ketika menilai metode yang digunakan oleh
Ath-Thabari dalam menyusun kitabnya mengatakan: Nilai minus paling nyata dari
metode Ath-Thabari adalah tidak adanya analisa terhadap riwayat-riwayat yang
dia cantumkan, dia hanya memindahkan riwayat dari para periwayat ke dalam
kitabnya, dan dia seakan tidak mau ambil pusing dengan kebenaran
riwayat-riwayat itu ataupun dengan kejadian yang sebenarnya.[18]
b. Tidak
focus atau perhatian pada fakta sejarah yang paling penting, seperti
pembangunan masjid Nabawi untuk pertama kalinya, atau pembebasan wilayah
Andalusia, atau bagaimana pemerintahan dinasti Umawiyah meluas hingga
Andalusia, dan lain sebagainya. Sementara Ath-Thabari memberikan penjelasan
yang luas dan menyebutkan periwayatan yang lebih dari seharusnya pada peristiwa
yang kecil, bahkna berulang-ulang, padahal riwayat-riwayat itu isinya sama.[19]
c. Membagi
setiap peristiwa yang terjadi berdasarkan tahun, karena memang penyusunan
bukunya dilakukan dengan metode per-tahun. Namun sesungguhnya dengan metode
seperti itu pembahasan tentang peristiwa yang panjang waktunya terkadang tidak
terselesaikan, karena tahun pembahasannya sudah habis, kisahnya ditunda hingga
kemudian kembali dilanjutkan pada pembahasan tahun-tahun berikutnya. Cara
seperti itu membuat potret tentang suatu peristiwa menjadi terbagi-bagi dan
tidak sempurna. Sisi negative seperti ini tidak terjadi ketika kita membaca
buku yang disusun oleh Al-Ya’qubi atau Al-Mas’udi, karena mereka tidak membagi
setiap peristiwa yang terjadi berdasarkan tahunnya.[20]
d. Ath-Thabari
terkadang memotong riwayat dari akhbari tertentu, seperti yang terjadi
pada riwayat Abu Mikhnaf, dengan tujuan untuk menyebutkan riwayat dari akhbari
lain yang mengisahkan peristiwa yang sama walaupun letaknya di
tengah-tengah riwayat yang pertama, asalkan akhbari lain itu
meriwayatkannya dengan bentuk yang berbeda. Kalau saja Ath-Thabari
menyelesaikan terlebih dahulu riwayat dari akhbari pertama, lalu dia
melanjutkan dengan riwayat dari akhbari kedua, maka tentu pembaca akan
memiliki satu potret yang sempurna tentang peristiwa tersebut pada riwayat yang
pertama, sedangkan riwayat yang kedua hanya melengkapi atau menambahkannya
saja.[21]
e. Banyak
sekali cerita hayalan (dongeng/ mitos) dalam kitab sejarah Ath-Thabari,
terutama ketika membahas tentang awal mula penciptaan, kisah para Nabi, dan
sejarah masyarakat Arab sebelum Islam. Bahkan terkadang cerita yang dituturkan
oleh Ath-Thabari itu tanpa disadari telah bertentangan dengan keterangan
Al-Qur’an ataupun hadits, bahkan sejatinya riwayat-riwayat itu berasal dari
israiliyat.[22]
f. Ath-Thabari
terlalu ringkas dalam mengisahkan peristiwa yang terjadi di zamannya sendiri,
dan dia juga tidak mencantumkan nama-nama orang yang memberitahukan peristiwa
tersebut kepadanya dengan alasan-alasan tertentu.[23]
g. Ath-Thabari
juga tidak menyebutkan judul buku-buku yang dikutipnya dari hasil bacaan, atau
dari pembelajarannya melalui guru mata rantai yang menghubungkannya dengan para
penulis buku-buku tersebut, seperti Al-Madaini, Awanah bin Hakam, Ibnu Sa’ad,
dan guru-guru lainnya.[24]
h. Ath-Thabari
terlalu banyak mengutip riwayat dari para periwayat yang tidak berkualitas,
dianggap tidak layak, ataupun dituding pemalsu. Padahal, peristiwa yang
diriwayatkan mereka itu merupakan peristiwa penting, seperti peristiwa fitnah
(yang menyebabkan perang saudara) ataupun peristiwa lainnya.[25]
C. Karya-karya
Ath-Thabari
1. Kitab
sejarah :
a.
Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk (Tarikh
Ath-Thabari)
b.
Dzail Al-Mudzayal (Kitab
yang membahas sejarah para sahabat, para tabi’in, tabi’it tabi’in, hingga
sampai ke zaman Ath-Thabari.[26]
2. Kitab
Tafsir :
a. Jami’ul
Bayan Fi Tafsiril Qur’an
Ada juga beberapa karya yang terselamatkan dari buah tangan Imam
Ath-Thabari ini, diantaranya:
1. Tahdzib al-Atsar wa at-Tafdhil ats-Tsabit,
2. Ikhtilaf al-Ulama al-Amshar Fi Ahkam Syara’i
al-Islam yang lebih dikenal dengan sebutan Ikhtilaf
al-Fuqaha,
3. Dzail al-Mudzil,
4.
Lathif
al-Qaul Fi Ahkam Syara'i al-Islam
(Kitab Fiqih),
5. Adab al-Qudhah,
6. Al-Musnad al-Mujarrad,
7. Al-Qiraat wa Tanzil Al-Qur’an (Berbagai macam
cara membaca Al-Qur’an dan beberapa versi mengenai turunnya Al-Qur’an),
8. Mukhtashar Manasik al-Hajj (Bimbingan Tatacara
melaksanakan Haji),
9. Al-Mujiz
Fi al-Ushul, dan
10. Musnad Ibnu ‘Abbas.
D.
Isi Buku Tarikh Ath-Thabari
Muqadimmah
Buku ini diawali oleh pembukaan sang penulis yaitu Imam
Ath-Thabari, dimana pertama-tama beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah
SWT, serta rasa terimakasih sang penulis kepada Allah SWT, kemudian selanjutnya
Imam Ath-Thabari menjelaskan bahwa dalam bukunya ini ia akan menyebutkan siapa
saja raja pada setiap zamanya, dengan periwayatan yang sampai kepadanya, bagaimana
mereka menjalankan kekuasaannya, siapa sajakah diantara mereka yang bersyukur
atas nikmat yang telah Allah berikan. Setelah itu Imam Ath-Thabari menjelaskan
bahwa dalam bukunya ini juga ia akan menjelaskan berapa lama raja-raja tersebut
berkuasa dan kapan ajal menjemput mereka.
Kemudian di akhir Muqadimmahnya Imam Ath-Thabari berkata bila di
dalam buku ini ada keganjilan pada riwayat yang aku tuliskan dalam kitabku ini
tentang kisah orang-orang terdahulu, dan menyakini bahwa riwayat itu tidak
mungkin dianggap shahih atau tidak mungkin terjadi seperti itu, maka ketahuliah
bahwa riwayat itu bukanlah hasil dari buah pemikiranku, riwayat itu hanya aku
kutip dari para periwayat, aku menuliskanya sesuai dengan apa yang aku dengar
dari mereka.
Jilid 1
Muqadimmah Pentahqiq
Prof. Muhammad Abdul Fadhl Ibrahim
Buku yang bertemakan “sejarah para Rasul dan Raja”
atau “sejarah umat terdahulu dan Rajanya” ini merupakan hasil karya sejarah
yang paling sukses di antara buku-buku berbahasa Arab lainnya, karena kitab ini
ditulis dengan berlandaskan metodologi yang terencana dan tersusun, setelah
melalui penelitian yang menyeluruh. Bahkan riwayat yang dicantumkan dalam buku
ini berhasil mengatasi buku-buku serupa yang ditulis oleh ahli-ahli sejarah
sebelumnya, seperti Al-Mas’udi, Ibnu Miskawaih, Ibnu Al-Atsir, dan Ibnu
Khaldun.
Ketika zaman Arab Jahiliyah, sejarah merupakan
kisah-kisah orang terdahulu yang tercerai-berai dan disampaikan dari mulut ke
mulut, riwayatnya pun bertebaran di mana-mana dan tidak ada yang berusaha
menyusunnya. Pada masa itu sejarah hanya terbentuk dalam sebuah syair, sastra,
alegori, dan juga dongeng notabene selalu dibungkus dengan hayalan dan sesuatu
yang berlebih-lebihan. Kecuali, jika riwayat itu ditulis dengan cara diukir
pada dinding rumah ibadah, tembok kerajaan, dan juga tiang istana yang banyak
ditemukan di daerah Haira dan Yaman.
Setelah zaman Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul,
lalu berlanjut hingga masa kepemimpinan Khulafa’ Ar-Rasyidin, ketika itulah
kaum muslimin mulai menuliskan tentang kisah perjalanan hidup Nabi dan saling
meriwayatkan sesame mereka, dari mulai hari lahirnya, hari pengangkatannya
sebagai Rasul, hijrahnya, peperangan yang terjadi di masanya, dan lain
sebagainya. Namun tulisan-tulisan itu masih mereka sembunyikan dan disimpan
secara pribadi saja. Penulisan kisah perjalanan hidup Nabi itulah yang
merupakan batu pertama yang diletakkan dalam sejarah Islam, walaupun penulisan
tersebut pada saat itu belum seperti layaknya periwayatan hadits.
Orang pertama yang menyusun kisah-kisah tersebut
dalam sebuah buku adalah Urwah bi Zubair bin Awam, kemudian dilanjutkan oleh
Abban bin Utsman bin Affan, hingga akhirnya menjadi ilmu biografi berkat
tulisan yang disusun oleh Ibnu Ishaq.
Sementara itu, kaum muslimin terus melakukan
perluasan daerah Islam, mereka berperang dan berjihad untuk menyebarkan agama
Allah, dan perjuangan itu membuat singgasana kekaisaran Romawi dan Persia
bergetar ketakutan, bahkan mereka berhasil melumpuhkan kekuasaan raja-raja
hingga ke pusat negeri Persia, Syam, Mesir dan Romawi. Lalu mereka memasuki
negeri-negeri itu dan membebaskan masyarakatnya dari kezhaliman para penguasa
sebelumnya. Setelah itu bermunculanlah benih-benih sifat kesukuan dan fanatisme
dari masyarakat setempat, dan menyebar pula cerita-cerita dan sejarah ideology
nenek moyang mereka terdahulu.
Namun, salah satu nilai positif yang dapat diambil
dari semua itu adalah bertambahnya materi sejarah yang baru, karena memang para
ulama berusaha untuk memahami apa yang diisyaratkan di dalam Al-Qur’an mengenai
umat-umat tersebut, apalagi para khalifah yang memimpin wilayah Islam juga
mendorong para ulama untuk menggali lebih dalam tentang cerita para raja dari
umat-umat terdahulu. Di antara para khalifah tersebut adalah: Muawiyah, Abdul
Malik bin Marwan, Abul Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Mansur, dan
khalifah-khalifah lainnya.
Pengetahuan tentang daerah-daerah yang bari masuk
dalam wilayah Islam pun menjadi suatu kebutuhan tersendiri, karena baik daerah
yang masuk secara damai ataupun melalui peperangan, keduanya diharuskan
membayar Jizyah, Kharaj, dan jenis pajak lainnya menurut syariat Islam. Dari
sinilah kemudian terbuka cakrawala baru dalam ilmu sejarah yang terbentuk
melalui periwayatan. Ketika itu periwayatan tersebut dinamakan dengan
Al-Akhbar, sedangkan orang yang meriwayatkannya disebut dengan Al-Akhbari, tidak
jauh berbeda dengan sebutan muhaddits untuk orang yang meriwayatkan hadits.
Kemudian setelah itu mulailah para Al-Akhbari menuliskan
kitab-kitab riwayat, seperti yang dilakukan oleh Muhammad bin As-Saib Al-Kalbi
yang menulis sebuah kitab tentang nasab, Awanah bin Al-Hakam yang menulis
sebuah kitab tentang kisah bani Umayyah, Abu Mikhnaf yang menulis kitab tentang
kisah orang-orang murtad, perang jamal, dan perang shiffin, lalu dilanjutkan
oleh Saif yang menulis kitab tentang daerah-daerah yang masuk wilayah Islam, lalu
Ibnu Hisyam yang menulis kitab tentang raja-raja Humair, dan banyak lagi
lainnya.
Di penghujung akhir abad kedua, ilmu sejarah pun
sudah semakin banyak berkembang dalam kehidupan masyarakat Arab. Banyak sekali
buku-buku yang telah disusun tentang berbagai macam ilmu pengetahuan terkait
dengan sejarah, bahkan kebutuhan untuk mengetahui pun menyentuk hingga
mendokumentasikan saat kelahiran para ulama, saat kematian mereka, siap saja
yang menjadi khalifah dan berapa lama dia memimpin, siapa saja yang menjadi
gubrnur di tiap-tiap daerah, hakim-hakimnua, para panglima perangnya, amirul
hajnya (penanggung jawab para haji dari setiap daerah), dan lain sebagainya.
Lalu untuk mempermudah penyebaran agama Islam, para
ulama juga berusaha menterjemahkan buku-buku bahasa Arab ke dalam bahasa
Persia, Yunani, dan Aram. Mereka rela melakukan perjalanan ke berbagai negeri
untuk tujuan tersebut. Dan ternyata mereka tidak hanya mendapatkan bahasa dari
petualangan tersebut, namun juga pengetahuan dan wawasan yang baru, mereka
dapat melihat keajaiban lain yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, dan
mereka juga dapat mempelajari peradaban umat-umat terdahulu di setiap negeri
yang mereka kunjungi.
Dengan semakin luasnya wilayah Islam dan semakin
banyaknya pengetahuan yang didapatkan, maka para ulama sejarah pun mendapatkan
manfaat yang luar biasa dari banyaknya yang tersedia. Mereka juga merasakan
bahwa ilmu sejarah bisa menjadi momentum untuk membangun umat, memahami konsep
wawasan, dan mengokohkan pengetahuan di atas kaidah-kaidah yang solid.
Kesempatan itupun dimanfaatkan oleh beberapa ulama yang mulia untuk menyusun
sejarah-sejarah itu dalam sebuah buku, seperti yang dilakukan oleh Al-Waqidi
yang menulis buku Al-Futuh, juga Al-Balazuri yang menulis buku Al-Ma’arif,
Ibnu Habib yang menulis buku Al-Mujabbar, Ad-Dinawari yang menulis
buku Al-Akhbar Ath-Thuwal, hingga akhirnya sampai kepada Imam Muhammad
bin Jarir Ath-Thabari yang menulis buku tarikh yang sangat berharga ini.
Daftar Isi Jilid 1, diantaranya:
1) Katakanlahdalam apawaktu
2) Katakanlahdalam berapa banyak
waktudariawal sampai akhir
3) Katakanlahpentingnyaterjadinyazamandan
waktusiang dan malam
4) ApakahAnda mengatakandalam
penciptaanTuhan Yang Maha Esayang diciptakan olehwaktu dan haridanmalamadalah
sesuatu yangpenciptaan
5) Katakanlahdalam sebutan
bagiwaktuhalamandansiang dan malamdan tetapAllohMahakuasadan
fana’nya
6) KatakanlahdisignifikansiyanglamaTuhan
Yang Maha Esaterlebih dahulu sebelumsegala sesuatu
7) Katakanlahdalam apa yangdiciptakan
pertama
8) Katakanlahdenganciptaan Tuhandi
ginjalsatu hari dalam setahun, yangLupakandalam bukunyaia menciptakandi dalamnyalangit dan
bumidansegala sesuatu di antaranya
9) Katakanlahdimalam dan siang
10) TintaLaki-lakiuntukkasih
karunia Tuhanmelihat ke bawahTanahdan
11) Katakanlahdalamperistiwayangpada
zamanrajadankekuasaannyasetan, danalasan bahwa itubinasadiklaim
12) Katakanlahdalam penciptaanAdam
saw.
13) Katakanlahdalam
ujianlaki-lakiTuhan Yang Maha Esa, Bapa kita Adamsaw.
14) Dalamkemampuanuntuk
mengatakandiatinggaluntukAdamdi surgadan waktuAllah SWTmenciptakannyadanwaktudia
darisurga ke bumi
15) Pemainlaki-lakiyang
menciptakanperdamaianAdamatasnyapada hari Jumat, dansementaradari
ke tanah
16) Katakanlah, dalam posisibahwaAdamdan Hawakepadanya
daritanah
17) Acarayangdisebutkan
dalampemerintahanAdamsaw.setelah itudarike tanah
18) KematianPriaAdamsaw
19) PeristiwaPriayang dibangunpada
zamanAdam, lahirputrarajachitdiberikan
kepadazaman Adam
20) Acarayang disebutkandi eraNuh
21) PeristiwaPriayangantaraNuhdanIbrahimdamai atas mereka
22) KataIbrahimKhalilRahmansaw.dan dia berkatawaktunyadalam
leksikonraja-raja
23) PriamelakukanIbrahimdan
putranya, yang
dimembunuh-Nya diperintahkanoleh itu, danalasanmengapaIbrahimmembunuh
24) KataIbraham
25) Namrud
binkusy bin kan’an
26) Luth
bin harun dan kaumnya
27) Wafatnya
Ibrahim as.
28) MengatakanberitabinIsmailIbrahimKhalilRahman
29) KataIshaqbinIbrahim,kataistridan anak-anaknya
30) Ayyub
as.
31) Ya’qub
dan anaknya
32) Kisahpengalamanperkotaan
danberitaMusadanYusya
33) WafatMusadanHarunbaniimronas.
34) Yusha 'bin nun as.
35) PerintahQarun
36) Perintahbaniisrail
37) Ilyasdan
Yasa’ as.
38) ThalutDanJalut
39) BeritatentangdaudbinYa'qubbinishaqbinIbrahim
40) Sulaimanbindawudas.
41) PerintahbaniisrailPenghasilan
kena pajaksulaimanbindaudas
(Ada sebagian halaman
yang belum diterjemahkan)
Penjelasan:
Buku
ini diawali pembahasan seputar waktu mencangkup definisi waktu, jumlah waktu
yang diciptakan dari awal hingga akhir, dalil kefanaan waktu, Allah Maha Qadim
dan Maha pencipta, serta pembahasan mengenai mahluk apakah yang diciptakan
paling awal, dan adakah mahluk yang diciptakan sebelum Qalam, dan manakah yang
terlebih dahuli Malam atau siang, disini akan dijelaskan beberapa catatan Imam
Ath-Thabari diatas, seperti definisi waktu menurut beliau adalah kata yang
diungkapkan untuk menerangkan saat-saat malam dan siang. Dan terkadang, waktu
juga digunakan untuk masa yang lebih panjang ataupun masa yang lebih pendek.
Selain
itu beliau juga menjelaskan mengenai Mahluk apakah yang paling awal diciptakan
Imam Ath-Thabari menjelaskan bahwa Mahluk yang pertama diciptakan ialah Qalam,
ia merujuk kepada beberapa Hadits Nabi yaitu, Diriwayatkan kepadaku dari Ahmad
bin Muhammad bin Hubaib dari Ali bin Hasan bin Syaqiq, dari Abdullah bin
Mubarak, dari Rabah bin Zaid, dari Umar bin Hubaib, dari Qasim bin Abu Bazzah,
dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia meriwatkan Hadis
Rasullulah SAW yang bersabda, “Sesungguhnya
mahluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam, lalu Allah
memerintahkannya untuk menuliskan segala sesuatu.”
Abu Ja’far (Ath-Thabari) berkata: Waktu adalah kata
yang diungkapkan untuk menerangkan saat-saat malam dan siang. Dan terkadang,
waktu juga digunakan untuk masa yang lebih panjang ataupun masa yang lebih
pendek, seperti ungkapan masyarakat Arab: aku pernah bertemu denganmu waktu
Al-Hallaj menjadi pemimpin. Maksudnya adalah’ketika’ Al-Hallaj menjadi pemimpin.
Atau seperti ungkapan: aku pernah bertemu denganmu waktu malapetakan itu
terjadi. Maksudnya adalah ‘kala’ malapetaka itu terjadi. Atau juga seperti
ungkapan: aku pernah bertemu denganmu di waktu-waktu Al-Hallaj menjadi
Khalifah. Kata waktu pada contoh ini menggunakan bentuk jamak, dan maksudnya
adalah di ‘saat-saat’ Al-Hallah menjadi raja, yakni satu saat di sepanjang
Al-Hallaj menjadi khalifah.
Setelah
itu masuk ke dalam cerita Nabi Adam, dimana beliau adalah Manusia yang pertama
kali diciptakan, Ath-Athabari menceritakan mengenai masa tinggal Nabi Adam di
Surga sampai kepada berbagai peristiwa yang terjadi dari masa Nabi Syits,
setelah itu kisah masuk kepada Nabi Idris, Selain itu Imam At- Thabari secara
detail menceritakan bagaimana kisah dakwah Nabi Nuh menghadapi kaumnya yang
ingkar serta doa nabi Nuh as kepada keturunannya yaitu Sam, Ham dan Yafits. Sam
didoakan bahwa keturunanya akan menjadi para Nabi, sementara doa bagi Ham
dikatakan bahwa keturunanya akan menjadi bangsa yang memahami pemerintahan dan berjumlah
banyak atau dalam arti lainnya menjadi seorang Raja, dan keturunan Yafits
menjadi pelayan bagi keturunan dua orang tersebut.
Kemudian
cerita berlanjut pada kaum Aad yang membangkang kepada Nabi Hud dan kaum Tsamud
yang menentang Nabi Shaleh, kedua kaum tersebut kemudian di azab oleh Allah
SWT. Kemudian kisah berlanjut kepada kisah nabi Ibrahim, seperti ujian Allah
kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya dan disini juga dijelaskan
tentang permasalahan siapa yang dikorbankan oleh Ibrahim ketika itu apakah
Ismail atau Ishaq, serta perintah untuk membangun Baitullah dan serta
pertentangan diantara kedua istrinya Hajar dan Sarah, yang menyebabkan kemudian
Hajar pergi ke wilayah gurun pasir yang kemudian menjadi Makkah.
Kemudian
dikisahkan kaum nabi Luth di Sodom and Gomora, dan berlanjut kepada cerita Nabi
Syuaib dari Madyan yang merupakan Mertua Nabi Musa dan kisah Nabi Yusuf yang
merupakan pria paling tampan, dan bagaimana ia dibuang oleh saudara dan
diangkat sebagai anak oleh seorang pembesar Mesir serta bagaimana ia berhasil
mengelak dari godaan istri pembesar Mesir dan keterampilannya menakwilkan
mimpi, membuatnya kemudian memperoleh kedudukan di Negeri Mesir dan ia kemudian
bertemu kembali bersama saudara dan ayahnya yang kemudian mereka dapat melihat
kejayaannya di negeri Mesir.
Setelah
itu buku ini berlanjut kepada kisah Nabi Musa dan Nabi Harun, pembantunya Yusha
bin Nun dan asal usul Nabi Khidr serta pertemuannya dengan Nabi Musa serta
bagaimana pelarian bangsa Israel dari Mesir. Selain itu Imam Ath-Thabari juga
menjelaskan mengenai garis genealogy musa, ia medapatkanya dari Ibnu Humayd
yang mentramisikannya kepada Salamah bin Al-Fadhl, Muhammad bin Ishaqyaitu
diawali oleh anak Ya’Kub, Lwei yang menikah dengan Nabitah binti Mari,
melahirkan tiga orang anak Gerson, Merari dan Kohath, kemudian Kohath menikah
dengan Fathi binti Masin bin Bethuel bin Elias dan melahirkan Izhar, Izhar
menikah dengan Shamith binti Batadit bin Barrakiyya bin Jokhsan bin Ibrahim,
melahirkan Korah dan Amran, kemudian Amran menikah dengan Jochebed melahirkan
Harun dan Musa.
Kemudian
kisah pengembaraan Dzulkarnain dalam menaklukan berbagai wilayah dan terdapat
juga Nabi-nabi yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an seperti Samuel. Selanjutnya
Imam At-Thabari menuliskan tentang pertarungan antara Thalut dan Jalut, serta kemenangan
Daud atas Jalut dan kemudian ia menjadi raja bani Israil dan memiliki anak yang
bernama Sulaiman yang meneruskan tahtanya dan kemudia Imam At-Thabari
menceritakan sejarah nabi Sulaiman serta bagaimana pertemuannya dengan ratu
balqis yang kemudian menjadi Istrinya dan cerita bagaimana setan mengambil
cincin Nabi Sulaiman. Kemudian ada juga cerita-cerita yang tidak pernah dikenal
dalam Islam seperti kisah Manushirh leluhur bangsa Iran.
Kemudian
diceritakan raja-raja Parsi atau Persia yang memerintah di Babilonia, serta
serangan raja Nebukadnezar ke Jerussalem dan penghacuran kota Jerussalem oleh
pasukan Nebukadnezar diiringi oleh alasan Nebukadnezar menyerang Jerussalem dan
selain itu diceritakan pula perpecahan kerajaan Israel seiring meninggalnya
nabi Sulaiman.
Selanjutnya
At-Thabari menjelaskan bagaimana bangsa Persia setelah penaklukan raja Iskandar
dan pendirian dinasti Arsakid, kemudian masuk ke dalam cerita Isa putra Maryam
dan Ibunya Maryam binti Imran. Kelahiran Isa As. Terdapat dalam Al-Qur’an Surat
Maryam ayat 16-37.
Jilid 2
Daftar Isi Jilid 2, diantaranya:
1)
Ashhabul kahfi
2)
Yunus bin mata
-
kerajaan Persia dan raja-rajanya
3)
Peristiwa pekerjaan atas arab dan orang
ahli yaman…
4)
Kelahiran Nabi SAW
-
Nasab Rasul
5)
Abdul Muthalib
6)
Hasyim
7)
Abdi Manaf
8)
Qushoy
9)
Kilab
10) Murroh
11) Ka’ab
12) Luay
13) Gholib
14) Fihir
15) Malik
16) Nador
17) Kinanah
18) Khuzaimah
19) Mudrikah
20) Ilyas
21) Mudor
22) Nizar
23) Mu’ad
24) ‘Adnan
25) Rasululloh
saw
26) Istri
Nabi khodijah
27) Perintah
Nabi untuk hijrah atas bimbingan Alloh swt melalui Malaikat jibril as.
28) Waktu
Nabi dalam perjalanan hijrah
-
Pekerjaaan yang dilakukan Nabi pada awal
dari hijrah
29) Khutbah
Rasul pada jum’at pertama diMadinah
30) Rasul
Mengirim surat ke para raja
(Ada
sebagian halaman yang belum diterjemahkan)
Penjelasan:
Selain
itu ada cerita tentang kisah Ashabul Kahfi yang diburu oleh seorang raja yang
dzalim yang kemudian bersembunyi di dalam gua bersama anjing mereka dan
tertidur selama ratusan tahun.Ashabul Kahfi adalah para pemuda yang beriman
kepada Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur’an yang mulia. Allah SWT
berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, “Atau kamu mengira bahwa orang-orang
yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda
kekuasaan Kami yang mengherankan?” (QS. Al-Kahfi ayat 9).
Ar-Raqim
adalah Al-Kitab yang ditulis oleh kaum pemuda itu di dalam lauh (papan yang
isinya kisah para pemuda tersebut). Kemudian mereka menyimpannya di mulut goa
yang dijadikan tempat berlindung (tinggal) mereka. Atau tulisan yang mereka
ukir di gunung tempat tinggal mereka. Atau mereka tulis di dalam papan dan
mereka menyimpannya di dalam peti yang mereka tinggalkan di sisi mereka. Jumlah
pemuda itu – sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas – ada 7 orang. Yang ke-8
dari mereka adalah anjing mereka.
Ibnu
Basysyar menceritakan kepada kami, dia berkata: Abdurrahman menceritakan kepada
kami, dia berkata: Israil menceritakankepada kami dari Simak, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah, “Tidak ada orang yang mengetahui
(bilangan) mereka kecuali sedikit”(QS. Al-Kahfi ayat 22) dia berkata,
“Maksudnya adalah, aku bagian dari yang sedikit. Jumlah mereka tujuh orang.
Kisah
Nabi Yunus bin Atta As., Menurut riwayat, salah satu penduduk negeri di Moshul
yang bernama Ninawa, adalah menyembah berhala. Lalu Allah SWT mengutus Yunus
AS. Kepada mereka untuk melarang penyembahan berhala, menyuruh mereka bertobat
dari kekafiran mereka dan mentauhidkan Allah. Perintahnya dan perintah
orang-orang yang diutus kepada mereka adalah sebagaimana dikisahkan Allah di dalam
Al-Qur’an.
Allah
SWT berfirman, “Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman,
lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum
Yunus itu), beriman, Kami, hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu
yang tertentu.” (QS. Yuunus ayat 98). Kemudian Kisah Yunus As yang dimakan
Ikan Paus lalu dimuntahkan lagi yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiyaa’
ayat 87-88.
Ibnu
Humaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Salamah bin Ishak menceritakan
kepada kami dari Yazid bin Ziyad, dari Abdullah bin Abu Salamah, dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ikan paus itu kemudian mengeluarkan dan
memuntahkan Yunus AS ke tepi laut sehingga dia terlempar seperti bayi yang
dilahirkan, dan dia tidak cacat sedikit pun.”
Kemudian
masuk ke dalam pemerintahan orang-orang Romawi, serta cerita Nabi Syam’un dan
Jirjis yang kurang begitu dikenal dikalangan umat Islam.Selanjutnya Imam
At-thabari bercerita tentang raja-raja Persia (Dinasti Sasania), dimana ia
menguraikan raja-raja Persia dari mulai Ardasir I sampai kepada raja terakhir
mereka yaitu Yazdjird III, menurut Imam At-Thabari Ardasir I ialah anak babak
raja Khir, anak termuda Sasan. Selain itu Imam At-Thabari juga mejelaskan mengenai
pendirian kota Hirah dan kota Anbar, dalam bukunya ini kota Hirah didirikan
pada masa Raja Babylonia, Bukht Nassar (Nebukadnezar), tetapi kemudian setelah
kematian Bukht Nassar penduduk kota ini bermigrasi ke kota Anbar.
Selain
itu pada masa pemerintahan Sabur pengganti Ardasir I muncullah agama
Manicheisme yang dibawa oleh Mani, Imam Ath-Thabari menyebutnya sebagai kaum
Zindiq. Penjelasan terus berlanjut kepada raja-raja Persia dan keturunanya dari
pengganti Ardasir I yaitu Sabur I, Hurmuz I, Bahram I, dll.
Selanjutnya
dibahas tentang silsilah leluhur Nabi Muhammad, dari bapaknya Abdullah kemudian
kakeknya Abdul Muthalib, Hashim, Abd Manaf, Qusay, Kilab, Murah, Ka’b, Luay,
Ghalib, Fihr, Malik, Al-Nadr, Kinanah, Khuzaymah, Mudrikah, Ilyas, Mudhar,
Nizar, Ma’d, Adnan, Ismail dan Nabi Ibrahim. Selain menyebutkan leluhur Nabi
Muhammad Imam At-Thabari juga menjelaskan masing-masing dari mereka secara
satu-persatu sebagai contoh misalnya ketika ia menjelaskan tentang Fihr,
dijelaskan bahwa Ibunya ialah bernama Jandalah binti Amir bin Al-Harith bin
Al-mudad al-Jurhumi, dikatakan pula ia seorang Jamma dan pemimpin Masyarakat
Quraisy.
Kemudian
setelah itu menceritakan awal kehidupan Nabi Muhammad SAW, dimana ayahnya
meninggal dan kemudian menyusul Ibunya, setelah itu ia diasuh oleh kakeknya
Abdul Muthalib dan disini Imam Ath-Thabari juga mengutip dari beberapa sumber
salah satu contohnya ialah dalam kasus kematian kakek Nabi Muhammad Abdul
Muthalib ia mengutip dari Ibnu Humayd, Salamah, Muhammad bin Ishaq dan Abdullah
bin Abu Bakr dikatakan bahwa kakek Nabi Muhammad meninggal 8 tahun setelah
tahun Gajah.
Kemudian
Abdul Muthalib mempercayakan pengasuhannya kepada Abu Thalib paman beliau,
diceritakan pula perjalanan dagang Abdul Muthalib ke Syria, ketika caravan
dagang tiba di Busra terjadilah pertemuan dengan seorang pendeta Kristen yang
mengetahui ciri-ciri kenabian pada diri Nabi Muhammad. Setelah itu masuk pada
cerita Maysarah yang menemani dagang Nabi Muhammad, dimana selama perjalanan ia
melihat tanda-tanda yang tak lazim pada diri Muhammad serta diperolehnya
keuntungan dagang yang besar bahkan dua kali lipat, kemudian maysarah
menceritakanya kepada Siti Khadijah dan menyebabkan terjadinya pernikahan
antara Nabi Muhammad dan Siti Khadijah yang melahirkan 6 orang anak.
Kemudian
dengan mengambil dari riwayat Ibnu Ishaq juga diceritakan mengenai perbaikan
pada Ka’bah yang mengalami kehancuran akibat banjir besar, dan beliau sukses
menenangkan suku-suku yang berada di Mekkah dari pertentangan.
Selanjutnya
kita masuk kepada masa kenabian Nabi Muhammad SAW, dimana Imam Ath-Thabari
disini juga menceritakan mengenai datangnya Malaikat Jibril kepada nabi
Muhammad dan menyuruhnya membaca, kemudian beliau menemui Waraqah bin Naufal.
Kemudian dimulailah fase kenabian Muhammad di Makkah dan dimana pada awalnya
beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi kemudian beliau berdakwah secara
terbuka kepada Masyarakat Mekkah.
Setelah
itu diceritakan bagaimana tekanan masyarakat makkah terhadap nabi Muhammad,
serta masuknya Islamnya paman beliau Hamzah serta Abdullah bin Mashud yang
membaca Al-Quran di hadapan khalayak ramai yang kemudian dipukuli secara
beramai-ramai. Setelah itu dijelaskan mengenai tahun duka cita dimana paman
beliau Abu Thalib dan istri beliau Siti Khadijah meninggal Dunia dan Isra
Mi’raj, serta bait oleh penduduk Madinah.
Selanjutnya
ialah hijrah dari Makkah ke Madinah diceritakan penentuan rumah Nabi dengan
menggunakan unta Nabi, serta tempat masjid pertama kali dibangun, kemudian
pernikahan Nabi dengan Aishah serta penghadangan dan ekspedisi terhadap
orang-orang Quraish yang dipimpin oleh Hamzah, Saad bin Abi Waqqash, Ubaidah
dan lain-lain. pada ekspedisi Saad bin Abi Waqqash lah beliau menembakan
panahnya, dan menjadi panah pertama yang ditembakan dalam Islam.
Pada
masa inilah terjadi perubahan Qiblat dari Jerussalem ke Makkah, menurut Imam
Ath-Thabari peristiwa ini terjadi 2 tahun setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari
Makkah ke Madinah sekitar bulan Shaban, kemudian cerita berlanjut kepada
hal-hal yang terjadi sebelum perang Badar, Seperti mimpi Atikah bahwa para
pembesar Quraisy akan tewas, dan orang-orang yang berada di badar semuanya
disebutkan oleh Imam Ath-Thabari. Kemudian terjadilah perang Badar dan pasukan
Quraish mengalami kekalahan oleh pasukan Muslim. Kisah dilanjutkan oleh masuk
Islamnya Umayr bin Wahb yang sebelumnya ingin mengambil anaknya yang ditawan
oleh pasukan Islam, namun memiliki niat untuk membunuh Nabi, serta Ekspedisi
terhadap perkampungan orang Yahudi Bani Qaynuqa, sebagai akibat pembunuhan
seorang Muslim.
Kemudian
dilanjutkan oleh perang Uhud dimana Pasukan Muslim mengalami kekalahan dan
penyincangan terhadap pasukan Muslim yang tewas di perang Uhud, seperti kepada
paman Nabi Hamzah yang tubuhnya dibedah oleh istri Abu Sufyan Hindun binti
Utbah. Kemudian berlanjut kepada peristiwa bir’maunah dimana utusan dakwah nabi
di bunuh, setelah itu ekspedisi kepada bani Al-Nadir.
Setelah
itu masuklah pada bagian perang Khandaq, dimana kota Madinah dikepung oleh
gabungan kekuatan pasukan kafir,namun dengan strategi Salman Al-Farisi pasukan
muslim mengalami kemenangan. Kemudian cerita berlanjut pada pengepungan kampung
bani Qurayzah akibat penghianatan mereka terhadap penduduk Madinah, perintah
penyerangan ini dating dari Allah melalui malaikat Jibril.
Setelah
itu masuk ke dalam ekspedisi kepada bani Mustaliq, akibat mereka mengumpukan
tentara untuk menyerang Nabi, setelah mendengar ini nabi mengumpulkan tentara
dan menyerang mereka di salah satu tempat dekat sumber mata air bernama
Al-Murasyi. Allah pun memenangkan Nabi dan memberi mereka rampasan perang, setelah
itu masuk kepada perjanjian Hudaybiyah
dan masuk Islamnya Khalid bin Walid serta penaklukan Makkah, kemudian buku ini
menjelaskan mengenai pengiriman surat Rasullulah kepada berbagai raja-raja di
Dunia seperti Heraclius raja Romawi, Kisra Persia, Mauqauqis penguasa Mesir,
Al-Mundhir raja Bahrain, Najasyi Raja Abbsynia, dll.
Jilid 3
Daftar Isi Jilid 3, diantaranya:
1)
Penjelasan
-
7 H
2)
Invansi khoibar
3)
Berita Sporadis
4)
Umroh ganti
-
8 H
5)
Invansi Golib bin ‘Abdulloh
6)
Islamnya ‘Amr bin Ash
7)
Berita sporadic
8)
Peristiwa tentang perang Mu’tah
9)
Peristiwa tentang Penaklukan kota Mekkah
10)
Berita sporadic
11)
Berjalannya kholid bin walid ke Bani
judaimah bin malik
12)
Umroh Rasul saw dari jumronah
13)
Perintah tsaqif dan keislamannya
14)
Perang Tabuk
15)
Turunnya surah Al-Hujurat
16)
Berjalannya kholid bin walid ke bani bin
ka’ab dan keislamannya bani harits
17)
Berita sporadic
18)
Ali bin abi tholib ke yaman
19)
Delegasi jubaid
20)
Berita sporadic
21)
Surat musailamah kepada rasul dan
jawaban terhadap kenabian Rasul
22)
Keluarkanlah hartamu dari hasil
pekerjaan untuk shodaqoh
23)
Haji wada
24)
Berita sporadic
25)
Kabar tentang hajinya Rasululloh saw
26)
Sifat Nabi SAW
27)
Penutup Kenabian Rasul saw
28)
Kabar awal mula sakitnya Nabi SAW
-
11 H
29)
Peristiwa penting yang terjadi ditahun
ini
30)
Awal mula mula perintah khalifah abu
bakar
31)
Berita sporadic
32)
Surat Abu bakar untuk kabilah arab yang
muratad yaitu thalhah
33)
Perintah thalhah
34)
Kembalinya hawajin dan salim dan amr
35)
Berita musailamh al-kadzab dan kaumnya
dari ahli yamamah
36)
Berita sporadic
-
13 H
37)
Peristiwa penting yang terjadi pada
tahun ini
38)
Peristiwa yarmuk
39)
Berita sakitnya abu bakar dan wafatnya
40)
Peristiwa tentang pengurusan jasad abu
bakr
41)
Sifat abu bakar ra.
42)
Nasab abu bakr ra.
43)
Pemilihan umar bin khattab sebagai
khalifah oleh abu bakr
44)
Keadaan abu bakar sebelum menjadi
khalifah dan sesudah menjadi khalifah
-
15 H
45)
Hajinya umar bin khattab di tahun ini
(Ada
sebagian halaman yang belum diterjemahkan)
Penjelasan:
Kemudian
buku ini menjelaskan tentang peperangan Khaibar antara Rasullulah dengan orang
Yahudi, disini Rasullulah berhasil mendapatkan Shafiyah binti Huyay, dan kemudian
menjadi Istrinya, kemudian masuk kepada ekpedisi Tabuk yang mana Nabi harus
menghadapi perjalanan yang sangat melelahkan bersama para sahabat ditengah
terik panas yang menyengat, setelah itu masuk kepada Haji wada dan hari-hari
terakhir nabi Muhammad, kemudian masuklah pada bagian kematian Nabi Muhammad.
Setelah
itu buku ini menjelaskan mengenai permasalahan kepemimpinan setelah nabi
Muhammad wafat yang terjadi diantara kaum Ansar dan Muhajirin, kaum Ansar
sebelumnya menunjuk Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpinya, namun kemudian kaum
Muhajirin menolkanya dan Umar member saran bahwa Abu Bakr yang pantas dipilih
untuk menjadi pemimpin sebab beliau pernah ditunjuk menjadi Imam Shalat oleh
Rasullulah.
Kemudian
ada juga kisah Nabi palsu Al-Aswad atau Al-Ansi sang pendusta, dimana ia
menunjukkan sihir-sihirnya yang ia sebut sebagai mujizat, salah satunya ialah
yang ia tunjukan kepada seorang Sahabat Nabi Fayruz, dimana ia menyembelih
seratus seekor domba secara bersamaan. Namun kemudian Al-Ansi berhasil dibunuh
dan berita kematian Al-Ansi itu sampai kepada Nabi pada hari yang sama di waktu
malam, dan diceritakan bahwa keesokan nabi wafat kemudian Abu Bakr yang memberi
tahu kepada Masyarakat.
Setelah
itu dijelaskan suku-suku Arab yang telah masuk Islam murtad kembali setelah
kematian Nabi seperti Hawazin, Sulaym, Amr, serta munculnya nabi palsu dari
bani Tamim bernama Tulaihah dan nabi wanita yang bernama Sajah binti Al-Harist
serta munculnya Musailamah di Yamamah. Kemudian diceritakan tentang Abu Bakr
yang mengirim Khalid bin Walid untuk menumpas gerakan tersebut dari mulai
Tulaihah hingga kemudian Musailamah semuanya berhasil ditumpas oleh Khalid bin
Walid, diantara nabi-nabi palsu tersebut ada yang masuk Islam kembali seperti
Tulaihah dan Sajah yang melarikan diri serta Musailamah yang tewas terbunuh.
Imam Ath-Thabari pun dalam setiap peperangan yang ada selalu membuat perincian
mengenai seberapa besar jumlah korban dan orang yang terlibat di dalamnya.
Setelah
itu berlanjut kepada kemurtadan penduduk Bahrain oleh Al-Hutam, sebelumnya Raja
Bahrain bernama Al-Mundhir telah masuk Islam. Namun setelah kematianya
muncullah Al-Hutam yang membawa penduduk Bahrain pada kemurtadan, untuk
menumpasnya Abu Bakr mengirim A’la bin Al-Hadrami dan beliau mengalami
keberhasilan.
Kemudian
buku ini menjelaskan mengenai masa pemerintahan Abu Bakr dimana pada masa
beliau tentara Islam telah berperang dengan pasukan Persia, misalnya dalam
pertempuran Walajah, Madhar dan puncaknya berhasil merebut kota Hirah serta
pertempuran tentara muslim yang dipimpih oleh Khalid bin Walid menghadapi
pasukan Romawi dalam perang Yarmuk kemudian Imam Ath-Thabari juga menjelaskan
biografi Abu Bakr, dari mulai leluhurnya, siapa saja istri-istrinya dan
bagaimana sifatnya serta bagaimana penunjukanya kepada Umar sebagai
penggantinya. Seperti sebutan Atiq
pada Abu Bakr disini dijelaskan bahwa sebutan atiq pada Abu Bakr disebabkan
oleh ketampananya ada juga sumber lain menjelaskan bahwa nama ini berasal dari
Rasullulah yang berkata “bahwa kamu terbebas (Atiq) dari api Neraka”
Kemudian
masuk kepada masa pemerintahan Umar bin Khattab diawali dengan penaklukan
Damaskus dan expedisi-ekspedisi pasukan Muslim ke Tiberias, Baysan serta
ekpedisi Al-Mutsana bin Haritsah di Persia, setelah itu masuk pada bagian
pertempuran Qadissiyah di Persia dan Penaklukan Negeri Syam, kemudian ada juga
mengenai pendirian kota Basra dan pertempuran Hims yang membuat wilayah romawi
semakin banyak yang direbut oleh umat Islam. kemudian oleh Pasukan Islam yang
menyebabkan kaisar Heraclius harus pergi dari Syria ke Konstantinople, kemudian
penaklukan kota suci Jerussalem dimana Umar datang sendiri untuk menaklukanya.
Setelah itu masuk kepada perjalanan Haji Khalifah Umar bin Khattab di tahun 21
H.
Jilid 4
Daftar Isi Jilid 4, diantaranya:
-
16 H
1)
Berita sporadic
-
17 H
2)
Sebab pergi ke kufah
3)
Perginya umar bin khattab ke syam
4)
Peristiwa pengasingan diri kholid bin
walid
5)
Berita sporadic
-
18 H
6)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
19 H
7)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
20 H
8)
Terbukanya mesir dan raja iskandariyah
9)
Berita sporadic
-
21 H
10)
Berita sporadic
-
22 H
11)
Berita sporadic
12)
Keadilan antara ahli kufah dan bashroh
-
23 H
13)
Peristiwa tentang wafatnya umar ra.
14)
Nasab umar ra.
15)
Gelar al-faruq
16)
Sifat umar ra.
17)
Meningat tentang lahirnya umar dan masa
remajanya
18)
Nama anaknya dan istrinya
19)
Waktu masuknya umar ke islam
20)
Sifat umar tehadap yang lainnya
21)
Gelar amirul muminin
-
24 H
22)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
23)
Khutbat ustman bin affan
-
25
H
24)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
25)
Berita sporadic
-
26 H
26)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
terkenal
27)
Berita sporadic
28)
Sebab pengasingan diri ustman karena
kholid mengasingkan di kufah
-
27 H
29)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
terkenal
-
28 H
30)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
terkenal
-
29 H
31)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
32)
Sebab pengasingan diri ustman karena aba
musa mengasingkan di bashrah
33)
Berita sporadic
-
30 H
34)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
terkenal
-
31 H
35)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
terkenal
-
32 H
36)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
menjadi untuk ditafakuri
37)
Wafatnya Abi dzar
-
33 H
-
34 H
38)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
menjadi untuk ditafakuri
-
35 H
39)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
40)
Peristiwa pembunuhan ustman ra.
41)
Sifat utsman ra. terhadap yang lainnya
42)
Perintah ustman abdulloh bin abbas untuk
berziarah ketempat suci dengan semua masyarakat
43)
Keadaan ustman waktu dibunuh
44)
Sifat utsman
45)
Waktu keislamannya sebagai awal hijrah
46)
Nasab ustman
47)
Anak dan istri ustman
48)
Sifat ustman terhdap yang lainnya
49)
Ustman dengan masyarakat sholat
berjama;ah di mesjid
50)
Khilafah Ali bin abi thalib
51)
Peristiwa bai’at
52)
Perintah untuk berba’at kepada ali bin
abi thalib as.
-
36 H
53)
Perintah untuk membunuh
54)
Keluarlah ali bin abi thalib ke siffin
55)
Do’a ali bin abi thalib supaya mu’awiyah
ta’at kepadanya
56)
Berita sporadic
(Ada
sebagian halaman yang belum diterjemahkan)
Penjelasan:
Masalah
awal yang dihadapi oleh Ustman sebagai Khalifah ialah masalah pembunuhan
Hurmuzan oleh Ubaydullah bin Umar, seperti diketahui sebelumnya bahwa Umar bin
Khattab telah dibunuh oleh seorang budak Persia bernama Abu lu’luah, sedangkan
Hurmuzan adalah seorang pembesar Persia yang menjadi tawanan pasukan Muslim.
Ubaydullah bin Umar menduga bahwa Hurmuzan terlibat pembunuhan ayahnya Umar bin
Khattab, itulah yang menyebabkanya kemudian membunuh Abu lu’luah.
Setelah
itu diceritakan tentang penaklukan Azerbaijan dan Armenia oleh pasukan yang
dipimpin oleh Al-Walid bin Uqbah, kemudian terdengar oleh Khalifah Usman
tentang mobilisasi yang dilakukan oleh orang Romawi maka Khalifah Usman
memerintahkan kepada Al-Walid bin Uqbah yang telah melakukan penaklukan
Azerbaijan dan Armenia untuk menyerang Romawi perintahnya kurang lebih seperti
ini yang ditulisakan oleh Imam Ath-Thabari,Amma ba’d, Muawiayah bin Abu Sufyan
mengabarkan kepadaku bahwa Romawi telah memobilisasi pasukan dalam jumlah besar
untuk menyerang Islam, selayaknya umat Islam mendapatkan bantuan dari saudara-saudara
mereka di Kufah, karena itu, jika suratku ini kau terima, utuslah seseorang
yang kaupandang, kuat, berani, dan punya keislaman yang baik untuk membawa sekitar
delapan, Sembilan, atau sepuluh ribu pasukan, kirimlah mereka untuk menghadapi
Romawi dari Syria. Wassalam.
Kemudian
berlanjut pada alasan Utsman mencopot Saad bin Abi Waqqash sebagai gubernur
Kufah dan menggantikanya dengan Al-Walid bin Uqbah, disini Ath-Thabari
menggambarkan Al-Walid bin Uqbah sebagai penuh kegigihan dan kesungguhan serta
tidak pernah menyerah. Setelah itu Imam Ath-Thabari juga menjelaskan alasan
memilih Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarch menjadi gubernur Mesir menggantikan Amr
bin Ash.
Setelah
itu masuk kepada penyerang Muawiyah ke pulau Cyprus, kemudian kampanye Said bin
Al-Ash ke Tabaristan beberapa sahabat Rasullulah ikut pada peperangan ini
seperti Abdullah bin Amr bin al-Ash, Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin
Abbas. Kemudian berlanjut kepada penggantian gubernur Kufah dari Al-Walid bin
Uqbah oleh Sa’id bin al-Ash ini disebabkan oleh laporan palsu beberapa penduduk
Kufah yaitu Abu Zainab, Abu Mwari dan Jundub yang mengaku melapor bahwa
Al-Walid bin Uqbah muntah arak, setelah ditelusuri ternyata ini semua adalah
laporan palsu yang sengaja dibuat oleh meraka karena kebenciannya kepada
Al-Walid yang telah mengeksekusi anak mereka.
Setelah
itu masuk kepada pelarian raja Persia Yazdijird III yang melarikan diri dari
Fars ke Khurasan, setelah itu disebutkan mengenai penyebab pembunuhan raja
Persia, kemudian setelah itu muncullah fitnah di dalam umat Islam disertai
huru-hara dan kekacauan, kemudian berdatanganlah para pengacau dari Mesir,
Kufah dan Basrah, Imam Ath-Thabari menyebutkan Pemimpin mereka ialah seorang
pentolan Khawarij yaitu Harqush bin Zuhair al-Sa’di. Kemudian terjadilah
pembunuhan Usman.
Kemudian
ia banyak bercerita mengenai tahun pembunuhan Usman bin Affan serta kemudian
sejumlah biografi seperti kehidupan Usman bin Affan, kepribadian beliau, tahun
masuk Islamnya Usman bin Affan, Istri-Istri beliau berserta anak-anaknya,
kemudian daftar gubernur-gubernur Usman selama serta orang-orang yang Shalat
ketika Utsman di bawah kepungan.
Kemudian
masuk ke masa pemmerintahan Ali, mengenai pemilihan Ali sebagai Khalifah
pengganti Usman Imam At-Thabari juga menjelaskan bahwa hampir mayoritas rakyat
Muhajirin dan Ansar serta para tokoh sahabat membaiat Ali tetapi ada pula beberapa sahabat senior
seperti Abdullah bin Umar, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqas dll, yang
berada di Madinah enggan untuk membaiat Ali, Ibnu Umar dan Saad bersedia
berbaiat kalau seluruh rakyat berbaiat. Tetapi riwayat lain menyebutkan Thalhah
dan Zubair berbaiat secara terpaksa.
Kemudian
berlanjut pada ekspedisi tentara Konstantin raja Romawi pada beberapa wilayah
muslim di tengah kondisi umat Islam, setelah itu masuk kepada Ali yang mengganti semua gubernur pada masa
Usman serta pembelian unta Usman dan peristiwa longlongan Anjing di Oase Haw’ab
milik bani ami. Tetapi kemudian Aisyah tetap bergerak untuk menuntut darah
Usman, serta menuntut agar semua yang terlibat pembunuhan Usman diadili,
sebagaimana Khutbah beliau seperti “kita harus bangkit bergerak menegakkan
kedamaian dan memperdamaikan mereka seperti yang diperintahkan oleh Allah dan
rasulnya. Kita semua, yang muda maupun yang tua, laki-laki maupun wanita harsu
bergerak sekrang juga. Kita wajib dan harus menyelesaikan urusan ini sebagai
bentuk tanggung jawab kita. Kami perintahkan, kalian untuk menegakkan kedamaian
dan membela kebenaran. Kami peringatkan dan kami larang kalian dari kejahatan
dan kemungkaran. Kami perintahkan kalian untuk mengubah kemungkaran” namun ali
menolak bahwa masalah itu akan diselesaikan ketika semua kekacauan ini berakhir.
Kemudian
Tentara yang bersama mengikuti Aishah bergerak ke Basrah dan mengajak
masyarakat setempat untuk membela kebenaran. Kemudian Ali memobilisasi pasukan
dengan mengirim putranya Al-Hasan dan Ammar bin Yasir untuk memobilsasi pasukan
dan kemudian Ali mendirikan Kamp di
Al-Zawiyah. Kemudian Imam Ath-Thabari bercerita mengenai peperangan, dia juga
mencatat sejumlah peristiwa pada peperangan tersebut dan peristiwa terbunuhnya
Zubair bin Awwam. Setelah itu Imam Ath-Thabari bercerita mengenai akhir dari perang
ini dimana Istri Nabi Aisyah diantarkan kembali ke mekah.
Kemudian
cerita berlanjut pada penunjukan Muhammad bin Abu Bakr yang ditunjuk sebagi
gubernur Mesir oleh Ali dimana beliau kemudian dibunuh disana serta Amr bin Ash
yang mendukung Muawiyah bin Abu Sufyan untuk menuntut darah Usman, dan Ali
mengirim Jarir Abdullah Al-Bajalli untuk mengakui kekuasaannya, namun tetap
Muawiyah bin Abu Sufyan tidak mau mengakui pemerintahan Ali sebelum pembunuh
Usman di qisas.
Jilid 5
Daftar
Isi Jilid 5, diantaranya:
-
37 H
1)
Peristiwa peperangan antara ali dan
mu’awiyah
2)
Peperangan dan pembunuhan
3)
Kematian amar bin yasir
-
38 H
4)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
5)
Berita terbunuhnya Muhammad bin abi
hidzaifah
-
39 H
6)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
40 H
7)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
8)
Keluarnya ibnu abbas dari bashroh ke
makkah
9)
Peristiwa terbunuhnya ali bin abi thalib
10)
Sifat ali bin abi thalib
11)
Nasab ali bin abi thalib as.
12)
Istri dan anak ali bin abi thalib
13)
Kelakuan Ali as. Terhadap yang lainnya
14)
Bai’at kepada hasan bin ali
-
41 H
15)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
42 H
16)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
menjadi untuk ditafakuri
17)
Tentang khawarij
18)
Datangnya ziyad atas mu’awiyah
-
43 H
19)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
menjadi untuk ditafakuri
-
44 H
20)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
menjadi untuk ditafakuri
21)
Pengasingan diri abdulloh bin amr
tentang bashroh
-
45 H
22)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
menjadi untuk ditafakuri
23)
Wilayah ziyad di bashroh
-
46 H
24)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan menjadi
untuk ditafakuri
-
47 H
25)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
48 H
26)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
49 H
27)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
50 H
28)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
29)
Wafatnya al-mughiroh bin su’bah
-
51 H
30)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
31)
Terbunuhnya hajar bin aduyyi dan
shabatnya
32)
Siapa yang mebunuh hajar dan
shahabatnya rahmatulloh
-
52 H
33)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
53 H
34)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
35)
Kabar tentang wafatnya ar-robi’ bin
ziyad al-harisiy
-
54 H
36)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
37)
Pengasingan diri sa’id bin al-ash
tentang madinah
-
55 H
38)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
39)
Kabar sebab pengasingan diri mu’awiyah
abdulloh bin amr bin ghilan
-
56 H
40)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
41)
Kabar bai’at kepada yazid dan wilayahnya
harus setuju
-
57 H
42)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
58 H
43)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
44)
Terbunuhnya ‘urwah bin adiyyah
-
59 H
45)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
46)
Wilayah abdur-rahman bin ziyad di
khurasan
47)
Delegasi abdulloh bin ziyad atas mu’awiyah
-
60 H
48)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
49)
Muawiyah dan anaknya yazid
50)
Wafatnya mu’awiyah bin abi sufyan
51)
Nasab mu’awiyah
52)
Istri dan anak mu’awiyah
53)
Kabar sifat mu’awiyah terhadap yang
lainnya
54)
Khalifah yazid bin mu’awiyah
55)
Berjalannya husen ke kufah
-
61 H
56)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini dan
didalamnya peristiwa terbunuhnya husein as.
57)
Nama yang membunuh bani hasyim serta
husein as.
58)
Wilayah salim bin ziyad atas khurasan
dan sajastan
59)
Sebab pengasingan diri yazid amr bin
sa’id
-
62 H
60)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
63 H
61)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
-
64 H
62)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
63)
Kabar wafatnya yazid bin mu’awiyah
64)
Khalifah mu’awiyah bin yazid
65)
Kabar tentang wilayah samr bin mas’ud
atas kufah
66)
Khalifah marwan bin al-hakim
-
65 H
67)
Peristiwa yang terjadi di tahun ini
68)
Kabar tentang bai’at abdul malik, abdul
aziz anaknya marwan
69)
Wafatnya marwan bin al-hakim
70)
Keluarnya bani tamim ke khurasan atas
abdulloh bin khozim
(Ada
sebagian halaman yang belum diterjemahkan)
Penjelasan:
Selanjutanya
disini menceritakan peperangan antara Ali dan Muawiyah tidak mau tunduk maka
ali berangakat ke Shiffin untuk bertempur dengan Muawiyah, sebelum perang
terjadi perebutan air diantara kedua belah pasukan, selain itu ali juga tetap
meminta Muawiyah untuk tetap tunduk kepadanya.
Kemudian
Imam Ath-Athabari menjelaskan mengenai persiapan peperangan diantara kedua
belah pihak, setelah demikian masuk kepada bagian peperangan di Shiffin dan
kisah yang memilukan ialah kisah pembunuhan Ammar bin Yassir dimana kemudian
kepala beliau dipenggal. Pada Ammar bin Yassir adalah sahabat pertama yang
masuk Islam, selain itu orang tuanya ialah Muslim pertama yang syahid.
Kemudian
masuk pada terdesaknya pasukan Muawiyah bin Abu Sufyan, dengan siasat licik amr
bin Ash pasukan Muawiyah mengajak Arbitrase, melalui pengangkatan Al-Qur’an
dengan menggunakan tombak dan dengan mudahnya pasukan Ali tertipu oleh siasat
kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan.
Kemudian
terjadillah Arbittrase diantara mereka Ali dengan Abu Musa Al-Asyari sementara
itu Muawiyah bin Abu Sufyan oleh Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asyari berhasil
ditipu oleh Amr bin Ash. Peristiwa inilah yang kemudian menimbulkan golongan
Khawarij yang sebelumnya merupakan pasukan Ali, mereka kemudian meyatakan
keluar. Imam Ath-Thabari menjelaskan sekitar dua belas ribu orang memisahkan
diri dari kelompok Ali.
Kemudian
kisah berlanjut pada pembunuhan Muhammad bin Abu Bakr di Mesir oleh kelompok
Muawiyah, setelah itu Muhammad bin Abu Huzaifah juga dibunuh. Setelah itu
serangan tentara Muawiyah ke Fars dan Imam Ath-Thabari kemudian menjelaskan
mengenai pembunuhan Ali dan intinya Imam Ath-Thabari menjelaskan mengenai
Biografi Ali bin Abi Thalib seperti Istrinya, keturunanya, Gubernurnya
Kemudian
buku ini masuk kepada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan, diawali dengan
tahun Amul Jamaah atau tahun persatuan dimana Al-Hasan menyerahkan pemerintahan
kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Mulai dari sini kebanyakan Imam Ath-Thabari
menceritakan berbagai peristiwa yang terjadi dari tahun 40 hijriah sampai 60
hijriah seperti pemberontakan kaum Khawarij, Ibnu Ziyad menjadi Gubernur Basrah
serta penunjukan Yazid bin Muawiyah sebagai pengganti Muawiyah serta pebunuhan
Ibnu Ziyad oleh kaum Khawarij serta penjelasan Imam Ath-Thabari mengenai
biografi Muzawiyah bin Abu Sufyan leluhur Muawiyah bin Abu Sufyan, Istrinya,
anaknya serta siapa yang memimpin shalat jenazahnya.
Pada
tulisan selanjutnya masa kekacauan di bawah pemerintahan Yazid bin Muawiyah
seperti pembunuhan Al-Husain di Karbala dan penyerangan kota Madinah serta munculnya
pemberontakan di bawah Abdullah bin Zubair yang berpusat di Mekah akibatnya
kota Mekkah diserang oleh Pasukan Yazid dan dilempari oleh Manjaniq menyebabkan
Ka’bah terbakar dan diakhiri oleh kematian Yazid bin Muawiyah, Setelah itu
masuk kepada kekhalifahan Muawiyah bin Yazid, khalifah ini hanya memerintah
sebentar dan kemudian terjadi guncangan. Cerita berlanjut kepada, kemudiian
masuk kepada perebutan kekuasaan dintara Al-Dahhak bin Qays dan Marwan bin
Al-Hakam di Marj Rahit dimana dimenangkan oleh Marwan bin Al-Hakam kemudian
masuk kepada masa pemerintahan Marwan bin Al-Hakam. Dan diceritakan kemudian
kematian bin Al-Hakam, setelah itu Imam Thabari menjelaskan mengenai hijrahnya
Bani Tamim ke Khurasan.
Jilid 6
Setelah
itu cerita masuk kepada pemberontakan yang terjadi di Basrah kepada gubernur
mereka Al-Hajjaj bin Yusuf yang terkenal kejam dan serta munculnya
pemberontakan Salih Al-Musarih, dan masuk kepada pengenalan mata uang oleh
Abdul Malik, serta penunjukan Al-Hajjaj sebagai pemimpin Khurasan dan Sijistan.
Selain
itu pada kemudian Imam Ath-Thabari juga banyak bercerita mengenai banyaknya
pemberontakan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan, seperti Yazid bin
Muhallab.Kemudian Imam Ath-Thabari menjelaskan mengenai kematian Abdul Malik sebelumnya
diceritakan pula mengenai penghapusan saudaranya Abdul Azis bin Marwan sebagai
putra Mahkota dan menggantinya dengan anaknya Al-Walid bin Abdul Malik bin
Marwan, kemudian Ath-Thabari bercerita mengenai siapa saja anaknya dan Istrinya
serta nama panggilanya.
Kemudian
masuklah kepada masa Khalifah dari Bani Umayyah Al-Walid bin Yazid, pada
masanya banyak diadakan kampanye ke berbagai wilayah serta penunjukan beberapa
gubernur seperti Umar bin Abdul Azis yang ditunjuk sebagai gubernur Madinah.
Disini Imam Ath-Thabari banyak bercerita mengenai kampaye militer yang
dilakukan oleh Qutaybah, diman Qutaybah berhasil menaklukan Bukhara di Asia
tengah, serta menandatangi perdamaian dengan penguasa Soghdian, kemudian masuk
ke wilayah Samarqand, Khawarzm serta masuk menembus hingga Kasygar dan China.
Selain
itu Musa bin Nushair yang ditunjuk sebagai gubernur di Afrika Utara, memecat
Tariqbin Ziyad sebagai pemimpin militer di Andalusia, padahal Tariq telah
berjasa menaklukan wilayah tersebut dari orang-orang Vandal, sehingga
melebarkan kekuasaan dinasti Umayyah. Kemudian pada masa Al-Walid juga mulai
dilakukan perluasan pada masjidil Nabawi di Madinah dan Al-Walid mengunjungi
Madinah ketika itu.Setelah itu masuk kepada Al-Walid yang menunjuk saudaranya
Sulaiman bin Abdul Malik sebagai pengantinya, disertai dengan kematian Al-Walid
bin Yazid serta berbagai biografinya siapa anaknya dan istrinya.
Kemudian
cerita masuk kepada masa pemerintahan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dari
mulai 96 H hingga 99 H, pada masa beliau ini terjadilah pengepungan kota
Konstatinopel ibukota kekaisaran Romawi di bawah pimpinan Maslamah bin Abdul
Malik. Namun akibat musim dingin yang melanda pasukan Arab maka mereka
mengalami kekalahan dan setelah itu penjelasan mengenai kematian Sulaiman bin
Abdul Malik serta penunjukan Umar bin Abdul Azis sebagai Khalifah disertai
alasan mengenai mengapa Umar bin Abdul Azis yang ditunjuk sebagai Khalifah
dijelaskan disini oleh Imam Ath-Thabari, dimana sebelum kematianya Sulaiman bin
Abdul Malik didampingi oleh Raja bin Hawyah, Sulaiman ditanya maukah engkau
mendapat keselamatan di akhirat ?, maka Sulaiman berkata mau, bagaimana
caranya? Raja Hawyah berkata yaitu engkau meninggalkan seorang pemimpin yang
adil bagi umat? Kemudian Sulaiman berucap “bahwa tiada yang lebih pantas selain
Umar bin Abdul Azis”, maka kemudian Sulaiman memerintahkan Raja bin Hawyah
untuk menuliskan document tersebut dan meminta baiat dari rakyat mengenai orang
yang ditunjuknya jadi raja di dalam dokumen tersebut.
Umar
bin Abdul Azis lalu bertemu dengan Raja Hawyah ia khawatir bahwa yang berisi
dalam document tersebut adalah dirinya, namun raja berkata demi Allah ia tidak
akan memberitahukannya kepada siapa pun.Setelah kematian Sulaiman bin Abdul
Malik, kemudian document tersebut dibacakan kepada khalayak ramai dan ternyata
benarlah kekhawatiran Umar bin Abdul Aziz ia ditunjuk sebagai Khalifah
pengganti Sulaiman bin Abdul Malik masuklah kita pada masa pemerintahan Umar
bin Abdul Aziz. Dimana gangguan diawali oleh revolusi kaum Khawarij, Umar bin
Abdul Azis memerintah hanya dari tahun 99 H -101 H kurang dari dua tahun.
Kemudian digantikan oleh Yazid bin Muawiyah sesuai dengan document dari
Sulaiman bin Abdul Malik. Pada masa pemerintahan Imam Ath-Thabari menjelaskan
beberapa peristiwa seperti pembunuhan orang-orang Khawarij, serta pemecatan
Said bin Khadynah sebagai Gubernur Khurasan dan menggantinya dengan Umar bin
Hubayrah, Setelah itu masuk kepada penduduk Soghdian yang berpindah ke
Ferghanah.
Jilid
7
Jilid
7 ini diawali oleh kampanye Al-Harashi di wilayah Soghdiana (Asia Tengah), dia
bertempur dengan Pasukan Soghdia, dan kemenangannya ini menjadikanya sebagai
Gubernur Khurasan menggantikan Umar bin Hubayrah.masa pemerintahan Yazid bin
Muawiyah inilah mulai timbul gerakan dari orang-orang keturunan paman Nabi
Abbas bin Abdul Muthalib, dan kemudian beberapa Imam Ath-Thabari menuliskan
beberapa cerita pada masa pemerintahan Hisham bin Abdul Malis seperti Hisham
yang memimpin Haji, kemudian kampanye orang-orang Abbasiyah di Khurasan,
kemudian kampanye di Khutal dan Kharistan, serta pemberontakan bahlul bin
bihrs. Kemudian muncul gerakan dari keturunan Ali Zaid bin Ali yang berhasil
ditumpas oleh penguasa Umayyah. Setelah itu kemudian kematian Hisham.
Setelah
itu Al-Walid bin Yazid menjadi Khalifah, namun khalifah ini hanya berkuasa
selama dua tahun yaitu sejak 125 H-126 H, kemudian terjadi pembunuhan
terhadapnya. Kemudian masuk pada kekhalifan Yazid bin Al-Walid yang penuh
dengan goncangan, seperti pemberontakan orang-orang Palestina di dan dia pun
menjadi Khalifah kurang dari setahun yaitu 126 H saja kemudian diganti oleh
Ibrahim, namun ia juga tidak ada bedanya dengan Yazid bin Al-Walid kemudian
kekhalifahan direbut oleh Marwan II, namun masa pemerintahannya adalah masa
penuh gejolak yaitu dengan timbulnya berbagai revolusi seperti orang-orang
Hims, Khawarij, selain itu pada tahun 129 H timbul Revolusi Abbassiyah di
Khurasan dengan dipimpin oleh Abu Muslim Khurasani.
Gerakan
orang Abbasiyah di Khurasan mendapat dukungan orang Arab selain kaum Mawali
atau orang-orang Non-Arab yang masuk Islam, serta gerakan mereka terus
mengancam wilayah Umayyah, gerakan ini terus berlanjut tanpa bisa dihentikan
oleh penguasa Umayah. Maka pada tahun 132 H Pasukan Abbasiyah dan Pasukan
Umayyah berperang di Zab, dan Marwan berhasil dikalahkan kemudian ia melarikan
diri dan ia kemudian berhasil ditangkap di Mesir dan kepalanya dipenggal,
dengan demikian maka berakhirlah kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Kemudian
buku ini mulai masuk pada masa Dinasti Abbassiyah dengan Abu’l Abbas sebagai
Khalifah dengan gelar As-Saffah, Khalifah ini hanya sebentar memerintah dan
digantikan oleh saudaranya Abu Jafar Al-Mansyur. Masa awal pemerintahanya Abu
Jafar langsung membunuh Abu Muslim Khurasani yang sebenarnya sangat berjasa
mengantarkan orang-orang Abbassiyah kepada singgasana kekuasaan, namun Abu
Jafar memiliki alasan sebab pengaruhnya takut tersaingi oleh pengaruh Abu
Muslim Khurasani sebab Abu Muslim memiliki pengaruh yang sangat kuat di
Khurasan.
Pembunuhan
Abu Muslim menyebabkan kemarahan orang Sunbadz yang kemudian menggalang
kekuatan untuk menghancurkan Ka’bah di Mekah dan gerakan ini berhasil ditumpas
oleh Jahwar bin Marar Al-Azali, serta buku ini menjelaskan mengenai kemunculan
orang-orang Ruwandiyyah yang menyatakan bahwa Abu Jafar (Khalifah Abbassiyah)
adalah tuhan yang memberikan rezeki, makanan, dan minuman kepada mereka,
Jilid
8
Setelah itu masuk kepada pembunuhan
Al-Mansyur kepada pamanya sendiri Abdullah bin Ali, sama halnya dengan alasan
pembunuhanya kepada Abu Muslim, padahal Abdullah bin Ali adalah salah satu
komandannya, yang berjasa mendirikan Kekhalifahan Abbassiyah.Selain itu
diceritakan juga mengenai pendirian kota Baghdad serta alasan-alasan mendirikan
kota tersebut, kemudian pergantian Khalifah dari Al-Mansyur atau Abu Ja’far
kepada Al-Mahdi. Al Mahdi adalah Khalifah memiliki sifat lemah lembut Imam
Ath-Athbari menceritakan mengenai Al-Mahdi yang suka member hadiah kepada siapa
saja, terutama kepada penduduk Mekah dan Madinah, namun pada masa pemerintahnya
muncul gerakan zindiq yaitu Mani atau Manu yang membolehkan menikahi ibunya,
mandi dengan air kencing dan menculik anak kecil dari jalan untuk
menyelamatkanya dari kegelapan menuju petunjuk cahaya.
Kemudian
terjadilah pergantian Khalifah dari Al-Mahdi ke Al-Hadi, pada masa
pemerintahnya muncul Dinasti Idrissiyah di wilayah Maghrib atau kawasan Afrika
Utara sekarang, dan selanjutnya masuk kepada pemerintahan Harun Al-Rasyid,
disini Imam Ath-Thabari merunut berbagai peristiwa berdasarkan tahunya dimulai
dari 170 H – 193 H, disana Imam Ath-Thabari bercerita mengenai kebangkitan
pengaruh keluarga Yahya bin Khalid Al-Barmaki, bahkan pada 178 H seluruh tugas
Ar-Rashid diserahkan kepada yahya, namun kemudian Harun Al-Rasyid menyingkirkan
mereka semua dan membunuhnya, ini disebabkan oleh pengaruh keluarga barmak yang
begitu luas sehingga ia takut jika suatu hari nanti kekhalifahan jatuh ke
tangan mereka.
Kemudian
diceritakan mengenai hubungan Harun Al-Rashid dengan Kaisar romawi, Ath Thabari
mengatakan bahwa pada tahun 187 H ratu Irene member upeti kepada Harun
Al-Rasyid, kemudian berakhir pada kematian Al-Rasyid dan terjadinya perebutan
tahta diantara Al-Amin dan Al-Ma’mun, yang dimenangkan oleh Al-Ma’mun
menyebabkan naiknya Al-Ma’mun sebagai Khalifah pada masa awal pemerintahanya
muncul pemberontakan di Kufah di bawah pimpinan Muhammad bin Ibrahim,
pemberontakan tersebut menyebar ke Mekkah, namun berhasil disapu bersih oleh
Harthamah dan Kufah berhasil kembali direbut.
Selain
itu di Yaman juga muncul gerakan Ali Ibrahim bin Musa, setelah muncul
pengumuman Kekhalifahan baru di Mekah dipimpin oleh Ali Muhammad bin Ja’far
Ash-Shadiq, namun dengan seketika pemerintahan tersebut berhasil
digulingkan.
Jilid
9
Setelah
itu masuk kepada pemerintahan Al-Mu’tashim, diawali oleh pemberontakan Ali
Muhammad bin Al-Qasim serta kampanye militer ke daerah Zutt, selain itu
diceritakan mengenai serangan tentara Romawi ke wilayah muslim di Zibatrah dan
Malaytrah, serta kampanye Al-Mu’tashim terhadap Al-Amurriyah, kemudian masuk
pada pemberontakan Ali bin Ishak. Setelah itu kematian Al-Mutashim.
Kemudian
masuk ke dalam pemerintahan Al-Wathiq pemerintahnya berlangsung dari tahun 227
M- 232 M , Ath-Thabari tidak begitu banyak bercerita mengenai Khalifah ini,
hanya beberapa peristiwa saja seperti penaklukan terhadap suku Bani Sulaym dan
pembubarannya serta tindakan yang dilakukan kepada Sekretarisnya. Kemudian
kepada kematian AL-Wathiq dan kemudian dia digantikan oleh Jaf’ar
Al-Mutawwakil.
Walaupun
Al-Mutawwakil lumayan lama berkuasa yaitu dari tahun 332 M-347M, namun Imam
Ath-Thabari sangat sedikit menulis peristiwa penting terjadi pada masa beliau sebagai
Khalifah, peristiwa penting tersebut ialah terjadinya Revolusi oleh penduduk
Armenia terhadap gubernur Yusuf bin Muhammad, kemudian dia menjelaskan proses
terjadinya Revolusi oleh penduduk Hims setelah itu masuk kepada pembunuhan
Al-Mutawwakil.
Kemudian
masuk kepada khalifah Al-Muntanshir, Khalifah ini hanya sebentar berkuasa ia
kemudian digantikan oleh Khalifah Al-Mustain beliau memerintah dari mulai 249
H-251 H. pada masa pemerintahannya muncul kerusuhan Al-Shikiriyah di Bagdad
serta muncul gerakan Yahya bin Umar bin Abi Thalib kemudian diiringi oleh
perang Sipil di Anbar dan Al-Madai’an serta perang sipil diantara Al-Mustain
dan Al-Mu’taz akibat adu domba orang Turki yang mulai mendapat pengaruh sejak
Masa Al-Mutashim dan pada akhirnya Al-Mustain menyerahkan Khalifa kepada
Al-Mu’taz.
Pada
akhirnya iapun tidak lama berkuasa, kemudian Al-Mu’taz digantikan oleh
Al-Muhtadi, masa pemerintahnya terbilang singkat yaitu 255 H- 256 H, namun
tidak demikian dengan pemberontakan yang terjadi pada masanya seperti pertama
ialah pemberontakan para pendukung Ali di Basrah serta yang paling terkenal
ialah munculnya Revolusi Zanj. Pemimpin Zanj dan pasukannya berhasil menduduki
Ahwaz, setelah itu Imam At-Thabari menceritakan mengenai kematian Al-Mu’taz.
Setelah
masuk kepada pemerintahan Khalifah Al-Muhtamad, di masa ini dimulai operasi
penumpasan terhadap aktivitas Zanj yaitu melalui pengiriman pasukan, pasukan
pertama yang dikirim ialah Sa’id bin Hajib, kemudian Mansur bin Ja’far dan
namun Mansur bin Jafar tewas dalam pertempuran selain itu ada juga Yahya bin
Muhammad yang tewas, setelah itu kaum Zanj menyerang Salt Flats, kemudian kaum
Zanj berhasil ditumpas, kemudian berlanjut mengenai operasi di Tabaristan.
Jilid
10
Pada
jilid ini Imam Ath-Thabari bercerita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa beberapa Khalifah yaitu Khalifah Al-Muta’did, Khalifah Muktafi billah
dan Khalifah Muqtadir, Imam Ath-Thabari pertama menjelaskan berbagai peristiwa
yang terjadi pada masa pemerintahan Al-Muqtadid dari tahun ke tahun misalnya
pada tahun 17 Muharram 183 H Khalifah Al-Muta’did memberangkatkan pasukan ke
kota Mosul untuk menumpas gerakan Khawarij Harun, dimana mereka kemudian
berhasil dikalahkan dan berita kemenangan ini sampai pada Selasa 19 Rabiul awal
tahun 283, kemudian dia menceritakan mengenai berita yang tiba dari Mesir ke
Bagdad, peristiwa revolusi pasukan berber dan Magribi yang tergabung dalam
ketentaraan Mesir mengenai tanggalnya dia menceritakan sekitar pertengahan
bulan Rajab.
Setelah
itu Imam ATh-Thabari menceritakan mengenai hubungan orang Byzantium dengan
orang-orang Slavia, dimana orang-orang Slavia banyak membunuh orang-orang
Byzantium dimana raja Byzantium kemudian mengirim surat kepada mereka dan apa
yang membuat mereka berbuat seperti itu, padahal keduanya memiliki agama yang
sama, tak lupa member catatan bahwa orang Slavia sebagai orang Bulgariam,
Khalifah ini memerintah dari tahun 280 H-289 H.
Kemudian
masuk kepada Al-Muktafi billah, sama halnya dengan masa pemerintahan
Al-Muqtadid Imam ATh-Thabari juga menceritakan beberapa peristiwa yang terjadi
pada masa Pemerintahan Al-Muktafi billah, pemerintahan beliau berlangsung dari
tahun 290 H-295 H, dimasa beliau mulai muncul gerakan Qaramithah yang sangat
meresahkan dimana gerakan tersebut berpindah dari Irak ke Syam, kemudian
gerakan tersebut menyerang kafilan haji pada tahun 294 H.
Setelah
itu masuk ke masa pemerintaha Al-Muqtadir yang diawali oleh kerusahan pada masa
haji pada tahun 296 H, setahun berikutnya masuk kepada serangkaian kampanye
yang dilakukan oleh Munis Al-Khadim terhadap kekaisaran Byzantium, kemudian
serangkaian operasi yang dimpimpin oleh Rustum yang di bawah naungan dinasti
Samaniyah.Kemudian serangan penguasa Fatimiyah di Mesir yang menyerang wilayah
Basra dan setelah itu tahun terakhir dalam buku ini yaitu 302 H diceritakan
mengenai serangan orang Arab Baduy terhadap Kafilah Haji.
Jilid
11
Disini
pertama Imam Ath-Thabari menceritakan mengenai orang-orang meninggal dunia dari
sebelum hijrah ke Madinah, tahun 8 hijriah hingga tahun 80 hijriah, kemudian
siapa sajakah sahabat beliau yang hidup lebih lama daripada beliau, kemudian
kepada penjelasan tentang Bani Hasyim serta dengan siapa saja mereka bersekutu,
kemudian nama-nama sahabat yang hidup melebihi Nabi baik itu dari Bani Asad,
Bani Abdul Dar dan Bani Zuhrah serta kemudian masuk setelah itu mengenai
orang-orang dari suku Arab seperti Adi, Jumah dan Mahzom yang hidup setelah
Nabi, setelah itu masuk kepada siapa saja wanita yang masuk Islam pada masa
Nabi hidup dan siapa diantara mereka yang meninggal dunia ketika Nabi Hijrah.
Kemudian
buku ini menjelaskan mengenai Istri Nabi yang meninggal pada masa beliau masih
hidup kemudin beliau menjelaskan mengenai siapa saja yang meninggal dari tahun
81, 83, 105, 111, 112, 150 161 hijriah setelah itu penjelasan mengenai nama
kunyah sahabat Nabi dan orang yang hidup setelah Nabi serta generasi
selanjutnya
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Kita
dapat mengambil kesimpulan dari sini bahwa Iman Ath-Thabari dalam penulisan
sejarahnya begitu lengkap, selain itu beliau memasukan sanad-sanadnya yang
menjelaskan darimana beliau mendapat berita tersebut, kemudian beliau juga
ternyata banyak memasukan cerita-cerita Israiliyat ke dalam bukunya, seperti
kisah Nabi Samuel, Syam’un dll. Selain itu beliau juga terutama setelah
munculnya kalender Hijriah cukup rinci sekali menjelaskan hal-hal yang terjadi
ada setiap tahunnya.
Kemudian
intinya buku ini sangat baik, untuk dijadikan sebagai sumber sejarah kebudayaan
Islam, sebab buku ini menceritakan dari penciptaan waktu hingga periode
pemerintahan Khalifah Abbassiyah di Baghdad, dimana Imam-Ath-Thabari sangat
memperinci peristiwa apa saja yang terjadi dalam masa tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Ath-Thabari,
2011, Shahih Tarikh Ath-Thabari Pentahqiq: Muhammad bin Thahir Al-Barzanji,
Jakarta: Pustaka Azzam
Ath-Thabari, Tarikh Ath-Thabari Pentahqiq: Muhammad Abu Al-Fadil
Ibrahim
[1]Imam
Ath-Thabari, Shahih Tarikh Ath-ThabariPentahqiq: Muhammad bin Thahir
Al-Barzanji (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011) hlm. 32.
[2]Ibid.,
hlm. 33.
[3]Ibid.,
hlm. 33.
[4]Ibid.,
hlm. 34.
[5]Ibid.,
hlm. 34.
[6]Ibid.,
hlm. 34-35.
[7]Ibid.,
hlm. 35.
[8]Ibid.,
hlm. 37-44.
[9]Ibid.,
hlm. 36-37.
[10]Ibid.,
hlm. 46.
[11]Ibid.,
hlm. 46.
[12]Ibid.,
hlm. 47.
[13]Ibid.,
hlm. 47.
[14]Ibid.,
hlm. 48-49.
[15]Ibid.,
hlm. 49.
[16]Ibid.,
hlm. 50.
[17]Ibid.,
hlm. 50.
[18]Ibid.,
hlm. 52.
[19]Ibid.,
hlm. 54.
[20]Ibid.,
hlm. 54-55.
[21]Ibid.,
hlm. 55.
[22]Ibid.,
hlm. 56.
[23]Ibid.,
hlm. 56
[24]Ibid.,
hlm. 56-57.
[25]Ibid.,
hlm. 57.
[26]Ibid.,
hlm. 112.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar